Dalam merencanakan keuntungan, memahami hubungan antara
biaya keuntungan, volume dan keuntungan sangat mendasar dalam analisisnya.
Studi ini mengkaji standarisasi biaya produksi perusahaan untuk meningkatkan
pengendalian kualitas PTP. Pabrik Gula Takalar. Hasilnya menyimpulkan bahwa
biaya produksi pada PTP. Pabrik Gula Takalar dapat memperbaiki kualitas kontrol
yang diharapkan. Selain itu, sistem pengendalian kualitas produksi yang
diterapkan dalam pengolahan gula belum diterapkan pada Statistical Quality Control.
Pertama, berdasarkan hasil analisis, keuntungan yang
diperoleh setelah penjualan hasil produksi terhadap standar kebutuhan biaya
produksi dari tahun-ketahun sangat bervariasi yaitu:
1. Biaya
produksi pada tahun 2008 sebesar Rp. 50.170.946.836 dengan hasil produksi yang
bermutu sebesar 13.121 ton, dan hasil produksi yang cacat sebesar 6,17. Produk
bermutu setelah penjualan sebesar Rp. 56.316.900.000. Jadi keuntungan yang
diperoleh sebesar Rp. 6.145.953.164.
2. Pada
tahun 2009, biaya produksinya sebesar Rp. 54.345.291.073 dengan hasil produksi
yang bermutu 15.579,48 ton, dan hasil produksi yang cacat sebesar 5,21 ton.
Produk bermutu setelah penjualan sebesar Rp. 61.335.940.000. Jadi keuntungan
yang diperoleh sebesar Rp. 6.990.198.627
3. Pada
tahun 2010, dibutuhkan biaya produksi yang lebih besar dibanding tahun 2008 dan
2009, yaitu sebesar Rp 65.433.837.858. Karena pada tahun 2010 dibutuhkan
penambahan dana pada bagian-bagiaan tertentu untuk
meningkatkan kapasitas bahan produksi, alat produksi dan
meningkatkaan kesejahteraan karyawan. Hasil produksi yang bermutu sebesar
17.434.63 ton, dan hasil produksi yang cacat sebesar 5,04 ton. Produk bermutu
setelah penjualan pada tahun 2010 sebesar Rp. 77.306.835.000 maka keuntungan
yang diperoleh sebesar Rp. 11.872.997.142. Setelah diketahui dari penjelasan
tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa semakin besar standar biaya produksi
maka semakin besar pula keuntungan yang diperoleh.
Kedua, sistem pengendalian kualitas produksi yang
dilaksanakan pada perusahaan dalam pengolahan gula pasir belum diaplikasikan ke
dalam bentuk statistik (Statistical Quality Control).
Ketiga, penggunaan pengendalian mutu/kualitas terhadap
produk secara acceptance sampling, maka dapatlah diketahui apakah gula yang
siap diekspor telah sesuai dengan spesifikasi permintaan importir. Pengendalian
kualitas yang dilakukan oleh PTP. Pabrik Gula Takalar dapat dikatakan cukup
baik, karena penyimpangan yang terjadi pada proses produksi relatif kecil.
Adapun implikasi kebijakan dapat menjadi pertimbangan dalam
usaha meningkatkan kualitas produksi gula, sebagai berikut:
1. Sistem
pengendalian mutu dalam memproduksi gula perlu ditingkatkan terutama pada
proses produksi, karena masih banyak ditemukan gula yang tidak
berkualitas/cacat. Jika hal ini terus berlanjut maka tujuan perusahaan dalam
menghasilkan produk gula yang berkualitas jauh dari target.
2. Diperlukan
investasi baru di bidang produksi atau pabrik, agar dapat menciptakan kapasitas
produksi yang lebih optimal.
3. Disarankan
bahwa karyawan yang menempati bagian penting, haruslah orang
yang berpengalaman agar lebih menguasai bagian/tugasnya
masing-masing.
Dibuat Oleh:
Herlina Gunawan (34414949)
Dibuat Oleh:
Herlina Gunawan (34414949)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar