Minggu, 05 November 2017

[Review] Standarisasi Biaya Produksi Terhadap Total Quality Control Pada PTP. Pabrik Gula Takalar

Dalam merencanakan keuntungan, memahami hubungan antara biaya keuntungan, volume dan keuntungan sangat mendasar dalam analisisnya. Studi ini mengkaji standarisasi biaya produksi perusahaan untuk meningkatkan pengendalian kualitas PTP. Pabrik Gula Takalar. Hasilnya menyimpulkan bahwa biaya produksi pada PTP. Pabrik Gula Takalar dapat memperbaiki kualitas kontrol yang diharapkan. Selain itu, sistem pengendalian kualitas produksi yang diterapkan dalam pengolahan gula belum diterapkan pada Statistical Quality Control.

Pertama, berdasarkan hasil analisis, keuntungan yang diperoleh setelah penjualan hasil produksi terhadap standar kebutuhan biaya produksi dari tahun-ketahun sangat bervariasi yaitu:

1.  Biaya produksi pada tahun 2008 sebesar Rp. 50.170.946.836 dengan hasil produksi yang bermutu sebesar 13.121 ton, dan hasil produksi yang cacat sebesar 6,17. Produk bermutu setelah penjualan sebesar Rp. 56.316.900.000. Jadi keuntungan yang diperoleh sebesar Rp. 6.145.953.164.
2. Pada tahun 2009, biaya produksinya sebesar Rp. 54.345.291.073 dengan hasil produksi yang bermutu 15.579,48 ton, dan hasil produksi yang cacat sebesar 5,21 ton. Produk bermutu setelah penjualan sebesar Rp. 61.335.940.000. Jadi keuntungan yang diperoleh sebesar Rp. 6.990.198.627
3. Pada tahun 2010, dibutuhkan biaya produksi yang lebih besar dibanding tahun 2008 dan 2009, yaitu sebesar Rp 65.433.837.858. Karena pada tahun 2010 dibutuhkan penambahan dana pada bagian-bagiaan  tertentu untuk

meningkatkan kapasitas bahan produksi, alat produksi dan meningkatkaan kesejahteraan karyawan. Hasil produksi yang bermutu sebesar 17.434.63 ton, dan hasil produksi yang cacat sebesar 5,04 ton. Produk bermutu setelah penjualan pada tahun 2010 sebesar Rp. 77.306.835.000 maka keuntungan yang diperoleh sebesar Rp. 11.872.997.142. Setelah diketahui dari penjelasan tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa semakin besar standar biaya produksi maka semakin besar pula keuntungan yang diperoleh.

Kedua, sistem pengendalian kualitas produksi yang dilaksanakan pada perusahaan dalam pengolahan gula pasir belum diaplikasikan ke dalam bentuk statistik (Statistical Quality Control).

Ketiga, penggunaan pengendalian mutu/kualitas terhadap produk secara acceptance sampling, maka dapatlah diketahui apakah gula yang siap diekspor telah sesuai dengan spesifikasi permintaan importir. Pengendalian kualitas yang dilakukan oleh PTP. Pabrik Gula Takalar dapat dikatakan cukup baik, karena penyimpangan yang terjadi pada proses produksi relatif kecil.

Adapun implikasi kebijakan dapat menjadi pertimbangan dalam usaha meningkatkan kualitas produksi gula, sebagai berikut:

1. Sistem pengendalian mutu dalam memproduksi gula perlu ditingkatkan terutama pada proses produksi, karena masih banyak ditemukan gula yang tidak berkualitas/cacat. Jika hal ini terus berlanjut maka tujuan perusahaan dalam menghasilkan produk gula yang berkualitas jauh dari target.
2. Diperlukan investasi baru di bidang produksi atau pabrik, agar dapat menciptakan kapasitas produksi yang lebih optimal.
3.  Disarankan bahwa karyawan yang menempati bagian penting, haruslah orang

yang berpengalaman agar lebih menguasai bagian/tugasnya masing-masing.

Dibuat Oleh:
Herlina Gunawan (34414949)



Tidak ada komentar:

Posting Komentar